Senin, 04 November 2013

media pembelajaran


\TUGAS AKHIR MEDIA PEMBELAJARAN

TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN
TENTANG
MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN








Oleh:

WIKE TRISNAWATI
NIM. 1104186


Dosen Pembimbing:
Dr. Indrati Kusumaningrum, M.Pd



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013



KATA PENGANTAR

            Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis telah dapat menyelesaikan  tugas individu media pembelajaran. Tugas ini  dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mata Kuliah  Media Pembelajaran Program Studi Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan (TP) Universitas Negeri Padang (UNP).
            Tugas ini dapat diselesaikan berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.    Bapak Dr. Jasrial, M.Pd,  Ketua Program Studi Pasca Sarjana (S2) Jurusan  Teknologi Pendidikan.
2.    Bapak Dr. Indrati Kusumaningrum,M.Pd, Dosen Pembimbing mata kuliah Media Pembelajaran.
3.    Rekan- rekan Mahasiswa Program Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan (TP)  yang telah membantu dalam penulisan tugas ini.
            Akhirnya, kehadirat Allah SWT  jualah tempat Penulis memohon, semoga segala bantuan yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat balasan yang berlipat ganda dariNya.. Amin Ya Rabbal Alamin.

                                                                        Sungai Penuh ,            Oktober 2013


BAB I
TEORI PEMBELAJARAN DAN MEDIA

A.      Teori-teori Belajar
1.      Pengertian Belajar
           Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
           Sebagian orang berpendapat bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh seorang pelajar saja, baik mereka yang sedang belajar di tingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas, atau di perguruan tinggi, atau paling tidak mereka yang sedang mengikuti kursus, pelatihan dan kegiatan pendidikan lainnya. Pendapat seperti itu memandang belajar secara sempit sebagai kegiatan yang hanya dilakukan oleh seseorang yang sedang menempuh pendidikan. Pada hal pengertian belajar itu sendiri sangat luas dan tidak hanya sebagai kegiatan dibangku sekolah saja. Bahkan sepanjang hayat hidup manusia tidak terlepas dari kegiatan belajar.
           Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Seorang ibu yang mengikuti seminar tentang pengaturan uang keluarga akan mendapatkan pengetahuan tentang mengelola uang keluarga yang kemudian mempengaruhi caranya mengelola uang keluarga. Sebelum seseorang bisa mengendarai sepeda, ia belajar lebih dahulu bagaimana caranya mengendarai sepeda. Dari contoh tersebut, jelaslah bahwa belajar bukan hanya aktivitas yang dilakukan hanya oleh pelajar, tetapi bisa juga ibu rumah tangga dan lain sebagainya. Belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku. Baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan hasil belajar tersebut, membantu orang untuk dapat memecahkan permasalahan dalam hidupnya serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan hasil belajar tersebut dapat perubahan kea rah positif atau negative.Belajar adalah suatu aktifitas dimana terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.

2.      Jenis-jenis Teori Belajar
           Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan lima jenis teori belajar, yaitu: a) teori behaviorisme; b) teori belajar kognitif menurut Piaget; c) teori pemrosesan informasi dari Gagne; d) teori belajar gestalt; dan e) teori konstruktivisme.
a.      Teori Behaviorisme
     Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1.      Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
a)      Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
b)      Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
c)      Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2.      Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya
a)      Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b)      Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3.      Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
a)      Law of operant conditining  yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b)      Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

4.      Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
           Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

b.      Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.    Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.    Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.    Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.    Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.    Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

c.       Teori Pemrosesan Informasi dari Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik

d.      Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1.      Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2.      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3.      Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4.      Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5.      Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran
dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

e.       Teori Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut ( Nur, 2002 :8).

B.       Teori Media
1.      Pengertian Media
           Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran media merupakan bagian yang  terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah khususnya. Kata media pengajaran terdiri dari kata “media” dan “pengajaran”. Media atau medium berasal dari kata  latin “Medius” yang berarti “Tengah”. Degan demikian  dapat diketahui bahwa media adalah sesuatu yang menjadi perantara dengan yang lainnya. Dalam bahasa Arab media berarti perantara (Washaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
           Gerlach menyebutkan bahwa media  jika dipahami dalam garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu mmeperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad (2002). Terkadang istilah media pembelajaran sering diartikan bergantian dengan  istilah alat bantu  atau media komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh Gagne dan Briggs bahwa secara implisit media pengajaran meliputi alat yang berupa fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari  antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, grafi, televisi, film, slide foto, gambar,  dan komputer (Arsyad, 2002).
           Dari beberapa definisi dan batasan tentang media pedidikan dan pembelajaran tersebut diatas dapat diketahui bahwa salah satu hal yang mempengaruhi efektifitas proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas adalah penggunaan media pembelajaran baik visual maupun oudio visual.

2.      Fungsi Media
           Levie dan Lentz mengemukkan empat fungsi media pengajaran khususnya media visual adalah
a.       Fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan  perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pengajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan,
b.      Fungsi afektif yang dapat mengubah emosi dan sikap siswa,
c.       Fungsi kognitif yang memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar, dan 
d.      Kompensatoris yaitu memberikan  konteks untuk memahami teks dan memabantu siswa yang lemah dalam membaca dan mengorganisasikan informasi (arsyad, 2002).
           Dari keempat fungsi tersebut, maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya penggunaan media pengajaran dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mengajar yang diperoleh oleh siswa karena ketiga komponen kognitif, afektif dan psikomotorik dalam proses belajar mengajar dapat dipacu. Hal tersebut daat mempertinggi hasil dan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat mendukung dan mendorong siswa yang memeiliki kemampuan yang terbatas dalam menerima informasi dan pesan dalam proses belajar mengajar yang berlansung. Efektifitas penggunaan media terhadap proses belajar bengajar tersebut terjadi karena dalam proses pengugunaannya siswa dilibatkan tidak hanya  dalam benak ataupun mentalnya saja akan tetapi dapat memperhatikan merapa dan menyaksikan secara langung informasi yang disampaikan dalam proses belajar mengajar tersebut.

3.      Jenis-jenis Media
           Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran yaitu media foto, grafik, globe, atlas, film dan sebagainya. Jenis media pegajaran yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah:
a.       Media Grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan sebagainya,
b.      Media tiga dimensi yaitu model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama,
c.       Media proyeksi seperti slide, film strips, film, OHP dan Penggunaan lingkungan sebagai media (Sudjana, 2002).
           Media tersebut baik media pembelajaran grafis, media pembelajaran tiga dimensi, media pembelajaran proyeksi dan pembelajaran lingkungan dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
                        Dari keseluruhan pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah: (1) bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar, (2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untu belajar, (3) bentuk alat fisik yang dapat yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, dan (4) bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual

4.      Kriteria dalam memilih Media
           Fungsi media pembelajaran sebagai alat bantu untuk dapat meningkatkan dan mempertinggi hasil belajar siswa harus didukung oleh ketepatan seorang guru dalam memeilih media yang akan dipergunakan dalam suatu kegiatan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru sebelum memilih media pengajaran tertentu harus menegetahui betul materi yang akan diajarkan, metode yang dipilih, kemudian menentukan jenis alat bantu atau media pengjaran yang akan digunakan. Secara khusus beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk mempertingi kualitas pengajaran adalah:
           Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran,menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar siswa.  Kedua, Guru terampil menggunakan dan membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran terutama media dua dimensi atau gambar atau foto serta penggunaan media proyeksi. Ketiga, keefektifan dalam menilai penggunaan media  pembelajaran dalam proses pengajaran.
           Nana Sudjana menjelaskan beberapa kriteria  dalam memilih media  untuk kepentingan pengajaran yaitu; (1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, (2) dukungannya terhadap isi bahan pelajaran, (3) kemudahan memperoleh media, (4) keterampilan guru menggunakannya, (5) tersedia waktu untuk menggunakannya, dan (6) sesuai dengan taraf pikir siswa(Sudjana, 2002).
           Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat diketahui bahwa pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan beberapa pertimbangan diantaranya adalah ketepatan dengan tujuan pengajaran. Hal tersebut berarti bahwa media pengajaran yang dipilih harus didasarkan  atas tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya.  Selain itu juga media pengajaran  yang telah dipilih harus disesuaikan  engan si bahan atau materi pengajaran yang akan disampaikan. Dengan demikian bahan pengajaran  yang disampaikan harus diklasifikasikan dan disesuaikan dengan media yang dipilih bedasarkan sifat bahan pelajaran apakah fakta, konsep atau generalisasi yang memerlukan bantuan media untuk dpat dipahami dengan mudah oleh siswa.
           Selain beberapa hal tersebut, juga yang perlu dipertimbangkan seorang guru dalam memilih media pengajaran  adalah kemampuan guru itu sendiri menggunakan media pengajaran  yang dipilihnya. Apapun jenis media yang dipilih harus disesuaikan dengan kemampuan guru untuk menggunakan media pembelajaran tersebut. Dan selain itu juga harus disesuaikan dengan kemampuan berfikir siswa sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami dengan mudah oleh siswa.
           Selain kriteria tersebut di atas Arsyad (2002) mengemukakan bahwa kriteria memilih media pengajaran juga harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu: media tersebut praktis, luwes dan bertahan serta memiliki mutu tekhnis. Media yang digunakan dlam proses belajar mengajajar haruslah memiliki kualitas dan mutu yang baik meskipun media tersebut adalah merupakan hasil karya guru sendir, nilainya tidak mahal, sederhana dan seterusnya. Karena dalam pemilihan media pembelajaran tidak perlu dipaksakan, karena media pembelajaran yang mahal dan memebutuhkan waktu lama dalam pembuatannya belum tentu menajdi jaminan sebagai media pembelajaran yang terbaik. Media yang dpiilih seharusya dapat bersifat fleksibel dan dapat digunakan dimana-mana dengan peralatan yang tersedia disekitar kita..


BAB II
MODEL ASSURE

A.      Pengertian Model Pembelajaran ASSURE
Model ASSURE adalah jembatan antara peserta didik, materi, dan semua bentuk media, berbasis teknologi dan bukan teknologi. Model ini mengasumsikan bahwa cara pembelajaran tidak hanya menggunakan buku teks, tetapi juga memungkinkan untuk menggabungkan belajar di luar kelas dan teknologi ke dalam materi pelajaran. Artinya, model ini memastikan pengembangan instruksional dimaksudkan untuk membantu pendidik dalam pengembangan instruksi yang sistematis dan efektif. Hal ini digunakan untuk membantu para pendidik mengatur proses belajar dan melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. Model ASSURE didasarkan pada enam proses belajar bahwa:
1.      Analyze Learners.
2.      State Objectives.
3.      Select Methods, Media and Materials.
4.      Utilize Media, and Materials.
5.      Require Learner Participation.
6.       Evaluate and Revise.

B.       Langkah-langkah Model ASURE dalam Pembelajaran
1.      Analiyze Learners (Menganalisis Pembelajar)
Media pembelajaran dan teknologi dapat digunakan secara efektif, apabila adanya kecocokan antara karakteristik perserta didik dan isi media, metode dan material. Sebelum merancang cara penyampaian yang efektif, maka perlu mengetahui siapa peserta didik, harus terbiasa dengan peserta didik dalam penyampaian agar dapat dimengerti. Oleh karena itu, langkah pertama Model ASSURE adalah menganalisis peserta didik.
Dalam menganalisis ada tiga langkah yang harus di periksa:
a.        Karakteristik umum
Merupakan gambaran dari kelas keseluruhan, seperti jumlah siswa, usia, tingkat pendidikan, faktor sosial ekonomi, budaya atau etnis, keanekaragaman, dan seterusnya. Dengan demikian karakteristik pembelajaran dapat memberi pengarahan dalam membantu memilih metode pembelajaran dan media.
b.        Kompetensi spesifik (specific kompetensi)
Merupakan gambaran dari jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik baik atau kurangnya ketrampilan yang dimiliki sebelum memenuhi syarat yang akan dicapai dalam ketrampilan dan tingkah laku.
c.         Gaya belajar (learning style)
Merupakan gambaran dari prefensi gaya belajar masing-masing peserta didik. Artinya sifat psikologis lah yang mempengaruhi bagaimana kita menanggapi rangsangan yang berbeda. Pertama-tama Pendidik akan mengamatigaya belajar peserta didik, yang diantaranya gaya belajar auditorial, visual, dan kinestetik.Pendidikkemudian akan menentukan pengelolaan informasi dari kebiasaan peserta didik. Kategori ini berisiBerbagai variabel yang terkait dengan bagaimana  kecenderunganindividu dalam pemrosesan informasi kognitif. Terakhir pendidik akan menentukan faktor fisiologis dan motivasi terhadap peserta didik. Ketika pendidik menggunakan faktor motivasi perlu mempertimbangkan hal-hal seperti kecemasan, tingkat struktur, motivasi berprestasi, motivasisosial, kehati-hatian, dan daya saing. Yang paling mempengaruhi faktor fisiologis adalah perbedaan seksual, kesehatan, dan kondisi lingkungan. Jadi, dalam setiap kelas karakter peserta didik berbeda-beda dalam gaya belajarnya, yang terbaik adalah menggabungkan banyak cara untuk menyajikan informasi sebanyak mungkin.


2.      State Objectives (Merumuskan Tujuan Pembelajaran)
Langkah kedua dalam model pembelajaran ASSURE adalah cara penyampaian State Objectives. Kinerja dari tujuan digunakan untuk menyatakan gambaran apa yang siswa harapkan dari hasil pembelajaran. Dengan demikian, tujuannya adalah gambaran dari hasil pembelajaranyang bertujuan untuk pelajaran dan harus bersifat spesifik mungkin serta harus ditulis dengan menggunakan format ABCD. Persyaratan penulisan ABCD agar tujuannya tercapai adalah
a.    Audience
Pembelajaran ini diberikan untuk peserta didik, bukan pendidik, untuk lebih fokus pada apa yang peserta didik lakukan, bukan pada apa yang pendidik lakukan.
b.   Behavior
Tujuannya adalah menggambarkan kemampuan baru yang dimiliki peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran. Jadi, perilaku atau kemampuan peserta didik yang dapat diukur dan dapat diamati perlu ditunjukkan sebagai hasil pembelajaran
c.    Condition
Keadaan atau kondisi peserta didik bertujuan untuk menunjukkan ketrampilan atau kemampuan yang diajarkan. Sebuah pernyataan tujuan harus mencakup kondisi di mana hasilnya dapat diamati. Jadi, harus menyertakan peralatan, perkakas, alat bantu, atau referensi peserta didik yang akan digunakan atau tidak digunakan dan kondisi lingkungan khususnya tempat pembelajaran dilaksanakan.
d.   Degree
Persyaratan terakhir bertujuan agar lebih baik dalam menunjukan hasil belajar yang dapat diterima dan akan dinilai. Jadi, sejauh mana ketrampilan yang dikuasai dan dapat diterima.
Klasifikasi tujuan yang memiliki nilai praktis, serta metode yang tergantung pada State objectives yang akan dicapai pendidik dapat diklasifikasikan menurut jenis utama hasil pembelajarannya. Ada empat kategori pembelajaran.
1)      Domain Kognitif
Domain kognitif, belajar melibatkan berbagai kemampuan intelektual yang dapat diklasifikasikan baik sebagai verbal / informasi visual atau sebagai ketrampilan intelektual.
2)      Domain Afektif
Dalam domain afektif, pembelajaran melibatkan perasaan dan nilai-nilai.
3)      Motor Domain Skill
Dalam domain ketrampilan motorik, pembelajaran melibatkan atletik, manual, dan ketrampilan seperti fisik.
4)      Domain Interpersonal
Belajar melibatkan interaksi dengan orang-orang.

3.      Select methods, media and material (Memilih metode, media dan bahan ajar)
Dalam langkah ini, pendidik akan membangun jembatan antara peserta didik dan tujuan rencana sistematis untuk menggunakan media dan teknologi. Metode, media dan materi harus di pilih secara sistematis. Setelah mengetahui gaya belajar peserta didik dan memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang akan di sampaikan,maka harus dilakukan pemilihan:
a.    Metode pembelajaran yang di gunakan harus tepat untuk memenuhi tujuan bagi para peserta didik, yang lebih unggul daripada yang lain atau yang memberikan semua kebutuhan dalam belajar bersama, seperti kerja kelompok.
b.    Media yang cocok untuk dipadukan sama dengan metode pembelajaran yang dipilih, tujuan, dan peserta didik. Media bisa berupa teks, gambar, video, audio, dan multimedia komputer. Penyampaian dapat disajikan engan mencari materi yang tersedia untuk mendukung penyampaian. Materi harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
c.    Materi yang disediakan untuk peserta didik sesuai dengan yang dibutuhkan dalam menguasai tujuan. Materi bisa juga dimodifikasi, peserta didik bisa merancang dan membuat materi sendiri. Materi dapat berupa program perangkat lunak khusus, musik, kaset video, gambar, dan peralatan seperti overhead prejector, komputer, printer, scanner, TV dll. Materi mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik atau tempat pembelajaran dan peralatan.
4.      Utilize Media, and Materials (Memanfaatkan media dan bahan ajar)
Langkah keempat dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan penggunaan media dan materi oleh peserta didik dan pendidik. Menjelaskan bagaimana pendidik akan menerapkan media dan materi. Untuk setiap jenis media dan materi yang tercantum di bawah dipilih, dimodifikasi, dan didesain. Pendidik harus menjelaskan secara rinci bagaimana pendidik akan menerapkannya ke dalam pelajaran, pendidik juga membantu peserta didik. Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah:
a.    Preview materi
Pendidik harus melihat dulu materi sebelum mennyampaikannya dalam kelas dan selama proses pembelajaran pendidik harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan memperhatikan tujuannya.
b.   Siapkan bahan
Pendidik harus mengumpulkan semua materi dan media yang dibutuhkan pendidik dan peserta didik. Pendidik harus menentukan urutan materi dan penggunaan media. Pendidik harus menggunakan media terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.
c.    Siapkan lingkungan
Pendidik harus mengatur fasilitas yang digunakan peserta didik dengan tepat dari materi dan media sesuai dengan lingkungan sekitar.
d.   Peserta didik
Memberitahukan peserta didik tentang tujuan pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara agar peserta didik dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.
e.    Memberikan pengalaman belajar
Mengajar dan belajar harus menjadi pengalaman, bukan suatu cobaan.

5.      Require Learner Participation (Mengembangkan peran peserta didik)
Langkah ke lima dalam model pembelajaran ASSURE adalah dengan mewajibkan partisipasi peserta didik. Peserta didik belajar paling baik jika mereka secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Peserta didik yang pasif lebih banyak memiliki permasalahan dalam belajar, karena pendidik hanya mencoba untuk memberikan stimulus, tanpa mempedulikan respon dari peserta didik. Apapun strategi pembelajarannya pendidik harus dapat menggabungkan strategi satu dengan yang lain, diantaranya strategi tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, dan strategi lainnya agar peserta didik aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian, pendidik harus menjelaskan bagaimana cara agar setiap peserta didik belajar secara aktif.

6.      Evaluate and Review (Menilai dan memperbaiki)
Langkah terakhir dalam model pembelajaran ASSURE adalah evaluasi dan revisi. Evaluasi dan revisi merupakan komponen penting untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Siapa saja dapat mengembangkan dan menyampaikan pelajaran, tetapi pendidik yang baik harus benar-benar dapat merefleksi pelajaran, mengetahui tujuan, menguasai strategi pembelajaran, menguasai materi pembelajaran, dan melakukan penilaian serta dapat menentukan apakah unsur-unsur dari pelajaran itu efektif. Pendidik mungkin menemukan beberapa hal yang terlihat tidak efektif, apakah banyak peserta didik yang tidak menguasai materi. Jika terjadi itu, mungkin materi yang disampaikan belum tepat untuk tingkatan kelas itu. Keefektifan dalam strategi pembelajaran juga bisa terjadi, misalnya peserta didik tidak termotivasi atau strategi itu sulit dilaksanakan pendidik. Oleh karena itu, evaluasi adalah langkah yang penting untuk menilai prestasi peserta didik dan menilai metode pembelajaran dan media yang digunakan.
Revisi merupakan langkah terakhir dari siklus pembelajaran yang juga merupakan hal yang penting untuk melihat hasil data gatering dari evaluasi. Jadi, kita dengan jelas memahami evaluasi akhir, langkah dan revisi. Kesemuanya adalah siklus yang terjadi terus-menerus dalam model ASSURE agar penggunaan media pembelajaran efektif.

C.      Penerapan Model Assure Pada Pembelajaran Hakikat Geografi pada Siswa  Kelas X Semester I SMA Negeri 2 Kota Sungai Penuh
1.    Analyze Learners.
Dalam menganalisis ada tiga langkah yang harus di periksa:
a.      Karakteristik umum
Yang termasuk dalam karakteristik umum adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis, kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi. Siswa yang akan mengikuti pembelajaran ini adalah siswa SMA 2 Kota Sungai Penuh kelas X1 Semester I.
Adapun karakteristik siswa SMA N 2 Kota Sungai Penuh  adalah :
Usia                      : Usia rata-rata antara 16 – 17 Tahun
Jenis Kelamin       : Siswa laki-laki berjumlah 10 orang sedangkan perempuan berjumlah 23 orang.
Tk. Pendidikan     : Rata-rata tingkat pendidikan Siswa kelas X semester I adalah dari SMP dan MTs.
Pekerjaan              : Pekerjaan orang tua siswa kelas X semester I adalah rata-rata petani.
Etnis                     : Siswa kelas X semester I berasal dari Kerinci,  Minang dan jawa, dll.
Kebudayaan         : Berbeda tetap berbaur dengan siswa lain.
Sosial ekonomi     : Berasal dari kalangan menengah ke bawah

b.      Kompetensi spesifik (specific competensi)
Siswa diberi tes awal yang berisi materi-materi yang berkaitan dengan kompetensi dasar. Dari tes yang diberikan siswa mempunyai bekal  75 % dan ini termasuk bekal yang cukup untuk mengikuti materi yang akan di ajarkan . Dan dari 25 % siswa perlu bimbingan khusus untuk mampu mengikuti materi sistem.
c.       Gaya belajar (learning style)
Dilihat dari gaya belajar yang dimiliki siswa kelas X Semester I maka media yang bisa membangkitkan motivasi dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa adalah menggunakan media presentasi dengan menggunakan Powerpoint, mengadakan diskusi kelompok, latihan tugas portopolio.

2.    State Objectives.
a.       Tujuan dalam pembelajaran Hakikat Geografi kelas X semester I dapat dibagi menjadi:
Standar kompetensi          Memahami konsep pendekatan,prinsip dan aspek geografi
Kompetensi Dasar            :  
1 menjelaskan konsep geografi
2 menjelaskan pendekatan geografi
3 menjelaskan prinsip geografi
4 mendeskripsikan aspek geografi
b.      Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari pokok pembahasan ini yang di harapkan adalah :
1.      Siswa dapat menjelaskan pengertian geografi
2.      Siswa dapat menjelaskan perkembangan pandangan para ahli geografi terhadap ilmu geografi
3.      Siswa dapat menjelaskan konsep dasar geografi
4.      Sswa dapat mengidentifikasi konsep dasar geografi
5.      Siswa dapat menyebutkan contoh konsep geografi

a.    Select Methods, Media and Materials.
Berdasarkan analisis maka metode, media dan bahan dalam pembelajaran hakikat Geografi adalah:
a.       Metode dalam pembelajaran ini adalah : metode pembelajaran diskusi, ceramah, presentasi dan penugasan.
b.      Media dan bahan  adalah sesuai dengan karakteristik siswa dan kemampuan siswa yang telah di analisis maka media yang digunakan pada pembelajaran buku paket, peta, globe
c.       Tugas yang diberikan pada siswa adalah tugas yang di kerjakan secara  individu dan berkelompok.

b.   Utilize Media, and
Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu :  preview materi, siapkan bahan, siapkan lingkungan, peserta didik, memberikan pengalaman belajar. Dalam pembelajaran produktif penjualan untuk menyiapkan para pemelajar meliputi:
a.         Memberikan salam.
b.         Mengabsensi siswa.
c.         Memberikan pretest secara lisan.
d.        Dan menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran.
e.         Membagikan kelompok.
f.          Memberikan tugas kepada siswa, baik tugas terstruktur maupun tugas yang tidak terstruktur.

c.    Materials.Require Learner Participation.
Bentuk partisipasi dalam pembelajaran ini meliputi hakikat geografi khususnya pada konsep geografi itu sendiri. Selain itu, diskusi, kuis singkat dan latihan aplikasi bisa memberi peluang untuk praktik dan umpan balik selama pembelajaran berlangsung. Tanya jawab dalam diskusi juga dapat merangsang siswa dalam memberikan pendapat, sanggahan secara kreatif dalam hal ini siswa dituntut aktif dan kreatif dalam belajar.

d.   Evaluate and Revise
a.    Evaluasi
Sebelum pembelajaran dimulai, karakteristik siswa diukur untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki siswa dengan metode dan bahan ajar yang akan digunakan. Selama dalam proses pembelajaran, evaluasi dilakukan menggunakan umpan balik. Evaluasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung memiliki tujuan yaitu untuk mendeteksi dan mengoreksi masalah pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang ada. Sedangkan sesudah pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa.
b.    Revisi
Dalam langkah ini hal-hal yang perlu di amati adalah sebagai berikut:
a)      Apakah telah sesuai antara apa yang diinginkan dan apa yang benar-benar terjadi.
b)      Tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa.
c)      Seperti apa respon siswa terhadap metode dan media pembelajaran yang dipakai.
d)     Apakah siswa puas dengan nilai bahan ajar yang dipakai.
Guru harus melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan masing-masing komponennya. Jika data evaluasi ternyata menunjukkan adanya kekurangan di bidang-bidang tertentu, maka sekarang tiba saatnya untuk kembali memperhatikan bagian yang kurang tepat tersebut.


BAB III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah                        : SMA Negeri 2 Sungai Penuh
Kelas / Semester          : X   / I ( satu )
Mata Pelajaran           : GEOGRAFI
Jumlah Pertemuan     : 6 X  Pertemuan (12 x 35 menit)

Standar  Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami konsep pendekatan,prinsip dan aspek geografi
1.1 menjelaskan konsep geografi
1.2 menjelaskan pendekatan geografi
1.3 menjelaskan prinsip geografi
1.4 mendeskripsikan aspek geografi

Indikator Pencapaian Kompetensi
Tujuan Pembelajaran

1.1.1mendeskripsikan pengertian geografi
1.1.2  menjelaskan perkembangan pandangan para ahli geografi terhadap ilmu geografi
1.1.3 menjelaskan konsep-konsep geografi

1.2.1menjelaskan 3 pendekatan geografi dalam mengkaji hubungan timabal balik antara fenomena dan permasalahannya



1.3.1  mendeskripsikan objek geografi
1.3.2  mengidentifikasi prinsip-prinsip geografi dalam menganalisis berbagai fenomena dan fakta geografi



1.4.1  mendeskripsikan aspek geografi
1.4.2  menyebutkan ilmu-ilmu yang membantu pada studi geografi
1.4.3  mendeskripsikan sarana bantu pada studi geografi
1.4.4  menjelaskan manfaat geografi dalam berbagai aspek kehidupan

Pertemuan I dan II
1.1.1.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian geografi
1.1.2.1 Siswa dapat menjelaskan perkembangan pandangan para ahli geografi terhadap ilmu geografi
1.1.3.1 Siswa dapat menjelaskan konsep dasar geografi
1.1.3.2 sSswa dapat mengidentifikasi konsep dasar geografi
1.1.3.3 Siswa dapat menyebutkan contoh konsep geografi
Pertemuan III
1.2.1.1  Siswa dapat menjelaskan pengertian  pendekatan geografi
1.2.1.2  Siswa dapat menyebutkan jenis pendekatan  geografi
1.2.1.3  Siswa dapat mengidentifikasi  jenis pendekatan geografi
1.2.1.4  Siswa dapat menyebutkan   contoh pendekatan geografi

Pertemuan IV
1.3.1.1  Siswa dapat mendeskripsikan objek studi geografi
1.3.2.1  Siswa dapat menjelaskan pengertian prinsip geografi
1.3.2.2  Siswa dapat menyebutkan prinsip-prinsip geografi
1.3.2.3  Siswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip geografi
1.3.2.4  Siswa dapat menyebutkan contoh prinsip geografi
Pertemuan V dan VI
1.4.1.1  Siswa dapat menjelaskan perbedaan aspek fisik dan aspek sosial geografi
1.4.1.2  Siswa dapat memberikan contoh aspek-aspek geografi dalam kehidupan sehari-hari
1.4.2.1  Siswa dapat menyebutkan ilmu bantu pada studi geografi
1.4.3.1  Siswa dapat mendeskrisikan sarana bantu pada studi geografi
1.4.3.1  Siswa dapat menjelaskan manfaat geografi dalam berbagai aspek


Materi Pembelajaran
Hakikat Geografi

Metode Pembelajaran
§  Diskusi
§  Ceramah
§  Tanya jawab
§  Penugasan

Kegiatan Pembelajaran


                                                                  Pertemuan I dan II
Kegiatan
Waktu
Ket
A. Pendahuluan
  1. Berdoa dan absensi siswa
  2. Orientasi : memperlihatkan  beberapa contoh gambar fenomena alam
  3. Apersepsi : menanyakan tentang pengertian geografi
  4. Motivasi : memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari geografi
  5. Pemberian acuan : menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari
  6. Pembagian kelompok belajar dan menjelaskan pelaksanan  mekanisme pembelajaran
10 menit

B. Kegiatan Inti
  1. Eksplorasi
       Siswa membaca buku teks geografi tentang  geografi
      2.   Elaborasi
       Siswa   menjawab pertanyaan tentang  Konsep geografi
      3.   Konfirmasi
       guru memberi penegasan terhadap jawaban siswa
       guru memberikan makna tentang geografi

65  menit

C.Penutup
   1.Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/kesimpulan tentang  Konsep geografi
      2.Guru tanya jawab tentang kesimpulan yang telah dirangkum oleh siswa dengan mengambil beberapa  siswa
   3.Guru mengarahkan siswa untuk membuat tugas di rumah tentang  Konsep geografi
15 menit

     
Pertemuan III

Kegiatan
Waktu
Ket
A. Pendahuluan
1.Berdoa dan absensi siswa
2.Orientasi : menanyakan tentang pendekatan ekologi
3.Apersepsi : menanyakan tentang pengertian konsep aglomerasi
4. Motivasi : memberikan gambaran tentang mamfaat mempelajari  pendekatan geografi
5.Pemberian acuan : menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari
6.Pembagian kelompok belajar dan memjelaskan pelaksanan  mekanisme pembelajaran
10 menit

B. Kegiatan Inti
  1. Eksplorasi
       Siswa membaca buku teks geografi tentang pendekatan geografi
      2.   Elaborasi
      Siswa  menjawab pertanyaan tentang pendekatan geografi
      3.   Konfirmasi
      guru memberi penegasan terhadap jawaban siswa
     guru memberikan makna tentang   pendekatan geografi

65 menit

C.Penutup
1.Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/kesimpulan tentang pendekatan geografi
      2.Guru tanya jawab tentang kesimpulan yang telah dira ngkum oleh siswa dengan mengambil beberapa  siswa
      3.Guru mengarahkan siswa untuk membuat tugas di rumah  tentang pendekatan geografi
15 menit


                                                            Pertemuan IV 
Kegiatan
Waktu
Ket
A. Pendahuluan
1.Berdoa dan absensi siswa
2.Orientasi : memperlihatkan  beberapa contoh daerah bencana yang terjadi di indonesia
3.Apersepsi : menanyakan tentang prinsip geografi
4.Motivasi : memberikan gambaran tentang mamfaat mempelajari prinsip geografi
5.Pemberian acuan : menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari
6.Pembagian kelompok belajar dan memjelaskan pelaksanan  mekanisme pembelajaran
10 menit

B. Kegiatan Inti
1.    Eksplorasi
     Siswa membaca buku teks geografi tentang prinsip geografi
      2.   Elaborasi
     Siswa   menjawab pertanyaan tentang prinsip geografi
      3.   Konfirmasi
       guru memberi penegasan terhadap jawaban siswa
        guru memberikan makna tentang   prinsip geografi


65 menit

C.Penutup
      1.Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/kesimpulan tentang  prinsip geografi
      2.Guru tanya jawab tentang kesimpulan yang telah dirangkum oleh siswa dengan mengambil beberapa  siswa
      3.Guru mengarahkan siswa untuk membuat tugas di rumah tentang    prinsip geografi
15 menit


                                                            Pertemuan V dan VI
Kegiatan
Waktu
Ket
A. Pendahuluan
1.Berdoa Dan Absensi Siswa
2.Orientasi : Menanyakan Tentang Pengertian Geografi
3 Apersepsi : menanyakan tentang prinsip geografi
4 Motivasi : memberikan gambaran tentang mamfaat mempelajari aspek fisik dan aspek sosial geografi
5.Pemberian Acuan : menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari
6.Pembagian kelompok belajar dan memjelaskan pelaksanan  mekanisme pembelajaran
10 menit

B. Kegiatan Inti
1.    Eksplorasi
       Siswa membaca buku teks geografi tentang aspek fisik dan aspek sosial geografi
      2.   Elaborasi
       Siswa   menjawab pertanyaan tentang aspek fisik dan aspek sosial geografi
      3.   Konfirmasi
guru memberi penegasan terhadap jawaban siswa
guru memberikan makna tentang   aspek fisik dan aspek sosial geografi


65 menit

C.Penutup
      1.  Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/kesimpulan tentang  aspek fisik dan aspek sosial geografi
      2.  Guru tanya jawab tentang kesimpulan yang telah dirangkum oleh siswa dengan mengambil beberapa  siswa
   3.  Guru mengarahkan siswa untuk membuat tugas di rumah tentang    aspek fisik dan aspek sosial geografi
15 menit


Sumber /Bahan/Alat
a. Sumber : Buku geografi 1 Yudistira SMA Kelas X, buku georafi Widya Utama SMA Kelas X.
b. Alat       : Laptop, Peta dan Globe.

Penilaian hasil belajar

            1.Penilaian kognitif
                        -Teknik penilaian         :tes tertulis
                        -Bentuk Instrumen      :Essay bestruktur
                         -Intrumen                   :Terlampir

            2.Penilaian afektif
                        -Teknik penilaian         : tertulis
                        -Bentuk Instrumen      :observasi/pengamatan
                   


Mengetahui                                                     Sungai Penuh,    Oktober 2013
Kepala SMAN 2 Sungai Penuh                      Guru Mata Pelajaran




SUHATMAN JAYA, M.Pd                         WIKE TRISNAWATI, S.Pd
NIP. 19601008 198403 1 005                       NIP. 19870413 201101 2 013