\TUGAS AKHIR MEDIA PEMBELAJARAN
TUGAS MEDIA
PEMBELAJARAN
TENTANG
MERANCANG MEDIA
PEMBELAJARAN
Oleh:
WIKE TRISNAWATI
NIM. 1104186
Dosen Pembimbing:
Dr. Indrati
Kusumaningrum, M.Pd
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis telah dapat menyelesaikan tugas individu media pembelajaran. Tugas
ini dibuat untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam Mata Kuliah Media
Pembelajaran Program Studi Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan (TP)
Universitas Negeri Padang (UNP).
Tugas ini
dapat diselesaikan berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.
Bapak Dr.
Jasrial, M.Pd, Ketua Program Studi Pasca Sarjana (S2)
Jurusan Teknologi Pendidikan.
2.
Bapak Dr.
Indrati Kusumaningrum,M.Pd, Dosen Pembimbing mata kuliah Media
Pembelajaran.
3.
Rekan- rekan
Mahasiswa Program Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan (TP) yang telah membantu dalam penulisan tugas ini.
Akhirnya, kehadirat Allah SWT jualah tempat Penulis memohon, semoga segala bantuan yang telah
Bapak dan Ibu berikan mendapat balasan yang berlipat ganda dariNya.. Amin Ya
Rabbal Alamin.
Sungai
Penuh , Oktober 2013
BAB I
TEORI PEMBELAJARAN
DAN MEDIA
A.
Teori-teori Belajar
1.
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada
diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
Sebagian orang berpendapat bahwa belajar adalah
aktivitas yang dilakukan oleh seorang pelajar saja, baik mereka yang sedang
belajar di tingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat
atas, atau di perguruan tinggi, atau paling tidak mereka yang sedang mengikuti
kursus, pelatihan dan kegiatan pendidikan lainnya. Pendapat seperti itu
memandang belajar secara sempit sebagai kegiatan yang hanya dilakukan oleh
seseorang yang sedang menempuh pendidikan. Pada hal pengertian belajar itu
sendiri sangat luas dan tidak hanya sebagai kegiatan dibangku sekolah saja.
Bahkan sepanjang hayat hidup manusia tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman. Seorang ibu yang mengikuti seminar tentang pengaturan
uang keluarga akan mendapatkan pengetahuan tentang mengelola uang keluarga yang
kemudian mempengaruhi caranya mengelola uang keluarga. Sebelum seseorang bisa
mengendarai sepeda, ia belajar lebih dahulu bagaimana caranya mengendarai
sepeda. Dari contoh tersebut, jelaslah bahwa belajar bukan hanya aktivitas yang
dilakukan hanya oleh pelajar, tetapi bisa juga ibu rumah tangga dan lain
sebagainya. Belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku. Baik perubahan
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan hasil belajar
tersebut, membantu orang untuk dapat memecahkan permasalahan dalam hidupnya
serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan hasil
belajar tersebut dapat perubahan kea rah positif atau negative.Belajar adalah
suatu aktifitas dimana terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu,
tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil
yang optimal.
2.
Jenis-jenis Teori Belajar
Dalam
tautan di bawah ini akan dikemukakan lima jenis teori belajar, yaitu: a) teori
behaviorisme; b) teori belajar kognitif menurut Piaget; c) teori pemrosesan
informasi dari Gagne; d) teori belajar gestalt; dan e) teori konstruktivisme.
a.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme
ini, diantaranya :
1.
Connectionism
( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan
Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
a) Law
of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya,
semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula
hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
b) Law
of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit),
dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
c) Law
of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak dilatih.
2.
Classical
Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan
Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya
a) Law
of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b) Law
of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3.
Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan
B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
a) Law
of operant conditining yaitu jika
timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan meningkat.
b) Law
of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
4.
Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut
juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang
relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda
dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak
semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa
yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian
reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya
masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik
ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan,
Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan
Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue
Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response
Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
b.
Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget
merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan
sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut
Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory
motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal
operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi
pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005)
menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes
material into their mind from the environment, which may mean changing the
evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the
difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya
pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
1. Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
c.
Teori Pemrosesan Informasi dari Gagne
Asumsi yang
mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Menurut Gagne
tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2)
pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6)
generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik
d.
Teori Belajar Gestalt
Gestalt
berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1.
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan
memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran,
hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal
keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam
proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan
masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna
yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3.
Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa
perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan
stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
4.
Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku
individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena
itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
5.
Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola
perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan
Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari
suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam
situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran
dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena
itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
e.
Teori Konstruktivisme
Teori-teori
baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran
konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan
masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah
dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori
pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain,
seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Menurut teori
konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan
adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (
Nur, 2002 :8).
B.
Teori Media
1.
Pengertian Media
Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada
diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaan proses
pembelajaran media merupakan bagian yang
terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah khususnya. Kata
media pengajaran terdiri dari kata “media” dan “pengajaran”. Media atau medium
berasal dari kata latin “Medius” yang berarti “Tengah”. Degan
demikian dapat diketahui bahwa media adalah sesuatu yang menjadi
perantara dengan yang lainnya. Dalam bahasa Arab media berarti perantara (Washaail)
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach menyebutkan bahwa media jika dipahami
dalam garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu mmeperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap
(Arsyad (2002). Terkadang istilah media pembelajaran sering diartikan
bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi. Seperti
yang dikemukakan oleh Gagne dan Briggs bahwa secara implisit media pengajaran
meliputi alat yang berupa fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset,
video camera, grafi, televisi, film, slide foto, gambar, dan komputer
(Arsyad, 2002).
Dari beberapa definisi dan batasan tentang media
pedidikan dan pembelajaran tersebut diatas dapat diketahui bahwa salah satu hal
yang mempengaruhi efektifitas proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun
di luar kelas adalah penggunaan media pembelajaran baik visual maupun oudio
visual.
2.
Fungsi Media
Levie dan Lentz mengemukkan empat fungsi media
pengajaran khususnya media visual adalah
a.
Fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pengajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan,
b.
Fungsi afektif yang dapat mengubah emosi dan sikap
siswa,
c.
Fungsi kognitif yang memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar,
dan
d.
Kompensatoris yaitu memberikan konteks untuk
memahami teks dan memabantu siswa yang lemah dalam membaca dan
mengorganisasikan informasi (arsyad, 2002).
Dari
keempat fungsi tersebut, maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya penggunaan
media pengajaran dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mengajar yang
diperoleh oleh siswa karena ketiga komponen kognitif, afektif dan psikomotorik
dalam proses belajar mengajar dapat dipacu. Hal tersebut daat mempertinggi
hasil dan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat mendukung dan mendorong
siswa yang memeiliki kemampuan yang terbatas dalam menerima informasi dan pesan
dalam proses belajar mengajar yang berlansung. Efektifitas penggunaan media
terhadap proses belajar bengajar tersebut terjadi karena dalam proses
pengugunaannya siswa dilibatkan tidak hanya dalam benak ataupun mentalnya
saja akan tetapi dapat memperhatikan merapa dan menyaksikan secara langung
informasi yang disampaikan dalam proses belajar mengajar tersebut.
3.
Jenis-jenis Media
Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang biasa
digunakan dalam proses pengajaran yaitu media foto, grafik, globe, atlas, film
dan sebagainya. Jenis media pegajaran yang sering digunakan dalam kegiatan
pembelajaran adalah:
a.
Media Grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau
diagram, poster, kartun, komik dan sebagainya,
b.
Media tiga dimensi yaitu model padat, model penampang,
model susun, model kerja, mock up, diorama,
c.
Media proyeksi seperti slide, film strips, film,
OHP dan Penggunaan lingkungan sebagai media (Sudjana, 2002).
Media tersebut baik media pembelajaran grafis,
media pembelajaran tiga dimensi, media pembelajaran proyeksi dan pembelajaran
lingkungan dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
Dari keseluruhan
pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media
pembelajaran adalah: (1) bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan
pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar,
(2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang
pembelajar untu belajar, (3) bentuk alat fisik yang dapat yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, dan (4) bentuk-bentuk komunikasi
yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio,
visual, dan audio-visual
4.
Kriteria dalam memilih Media
Fungsi media pembelajaran sebagai alat bantu untuk
dapat meningkatkan dan mempertinggi hasil belajar siswa harus didukung oleh
ketepatan seorang guru dalam memeilih media yang akan dipergunakan dalam suatu
kegiatan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru sebelum memilih
media pengajaran tertentu harus menegetahui betul materi yang akan diajarkan,
metode yang dipilih, kemudian menentukan jenis alat bantu atau media pengjaran
yang akan digunakan. Secara khusus beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
dalam menggunakan media pembelajaran untuk mempertingi kualitas pengajaran
adalah:
Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media
pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pembelajaran, kriteria memilih
dan menggunakan media pengajaran,menggunakan media sebagai alat bantu mengajar
dan tindak lanjut penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar
siswa. Kedua, Guru terampil menggunakan dan membuat media pengajaran
sederhana untuk keperluan pengajaran terutama media dua dimensi atau gambar
atau foto serta penggunaan media proyeksi. Ketiga, keefektifan dalam menilai
penggunaan media pembelajaran dalam proses pengajaran.
Nana Sudjana menjelaskan beberapa kriteria dalam
memilih media untuk kepentingan pengajaran yaitu; (1) Ketepatannya dengan
tujuan pengajaran, (2) dukungannya terhadap isi bahan pelajaran, (3) kemudahan
memperoleh media, (4) keterampilan guru menggunakannya, (5) tersedia waktu
untuk menggunakannya, dan (6) sesuai dengan taraf pikir siswa(Sudjana, 2002).
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat
diketahui bahwa pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan beberapa
pertimbangan diantaranya adalah ketepatan dengan tujuan pengajaran. Hal
tersebut berarti bahwa media pengajaran yang dipilih harus didasarkan
atas tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan oleh guru
sebelumnya. Selain itu juga media pengajaran yang telah dipilih
harus disesuaikan engan si bahan atau materi pengajaran yang akan
disampaikan. Dengan demikian bahan pengajaran yang disampaikan harus
diklasifikasikan dan disesuaikan dengan media yang dipilih bedasarkan sifat
bahan pelajaran apakah fakta, konsep atau generalisasi yang memerlukan bantuan
media untuk dpat dipahami dengan mudah oleh siswa.
Selain beberapa hal tersebut, juga yang perlu
dipertimbangkan seorang guru dalam memilih media pengajaran adalah
kemampuan guru itu sendiri menggunakan media pengajaran yang dipilihnya.
Apapun jenis media yang dipilih harus disesuaikan dengan kemampuan guru untuk
menggunakan media pembelajaran tersebut. Dan selain itu juga harus disesuaikan
dengan kemampuan berfikir siswa sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat
dipahami dengan mudah oleh siswa.
Selain kriteria tersebut di atas Arsyad (2002)
mengemukakan bahwa kriteria memilih media pengajaran juga harus
mempertimbangkan beberapa hal yaitu: media tersebut praktis, luwes dan bertahan
serta memiliki mutu tekhnis. Media yang digunakan dlam proses belajar
mengajajar haruslah memiliki kualitas dan mutu yang baik meskipun media tersebut
adalah merupakan hasil karya guru sendir, nilainya tidak mahal, sederhana dan
seterusnya. Karena dalam pemilihan media pembelajaran tidak perlu dipaksakan,
karena media pembelajaran yang mahal dan memebutuhkan waktu lama dalam
pembuatannya belum tentu menajdi jaminan sebagai media pembelajaran yang
terbaik. Media yang dpiilih seharusya dapat bersifat fleksibel dan dapat
digunakan dimana-mana dengan peralatan yang tersedia disekitar kita..
BAB II
MODEL ASSURE
A. Pengertian
Model Pembelajaran ASSURE
Model
ASSURE adalah jembatan antara peserta didik, materi, dan semua bentuk media,
berbasis teknologi dan bukan teknologi. Model ini mengasumsikan bahwa cara
pembelajaran tidak hanya menggunakan buku teks, tetapi juga memungkinkan untuk
menggabungkan belajar di luar kelas dan teknologi ke dalam materi pelajaran.
Artinya, model ini memastikan pengembangan instruksional dimaksudkan untuk
membantu pendidik dalam pengembangan instruksi yang sistematis dan efektif. Hal
ini digunakan untuk membantu para pendidik mengatur proses belajar dan
melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. Model ASSURE didasarkan pada
enam proses belajar bahwa:
1.
Analyze Learners.
2.
State Objectives.
3.
Select Methods, Media and Materials.
4.
Utilize Media, and Materials.
5.
Require Learner Participation.
6.
Evaluate and
Revise.
B. Langkah-langkah
Model ASURE dalam Pembelajaran
1. Analiyze
Learners (Menganalisis Pembelajar)
Media
pembelajaran dan teknologi dapat digunakan secara efektif, apabila adanya
kecocokan antara karakteristik perserta didik dan isi media, metode dan
material. Sebelum merancang cara penyampaian yang efektif, maka perlu
mengetahui siapa peserta didik, harus terbiasa dengan peserta didik dalam
penyampaian agar dapat dimengerti. Oleh karena itu, langkah pertama Model
ASSURE adalah menganalisis peserta didik.
Dalam
menganalisis ada tiga langkah yang harus di periksa:
a.
Karakteristik umum
Merupakan
gambaran dari kelas keseluruhan, seperti jumlah siswa, usia, tingkat
pendidikan, faktor sosial ekonomi, budaya atau etnis, keanekaragaman, dan
seterusnya. Dengan demikian karakteristik pembelajaran dapat memberi pengarahan
dalam membantu memilih metode pembelajaran dan media.
b.
Kompetensi spesifik (specific kompetensi)
Merupakan
gambaran dari jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik baik
atau kurangnya ketrampilan yang dimiliki sebelum memenuhi syarat yang akan
dicapai dalam ketrampilan dan tingkah laku.
c.
Gaya belajar (learning style)
Merupakan
gambaran dari prefensi gaya belajar masing-masing peserta didik. Artinya sifat
psikologis lah yang mempengaruhi bagaimana kita menanggapi rangsangan yang
berbeda. Pertama-tama Pendidik akan mengamatigaya belajar peserta didik, yang
diantaranya gaya belajar auditorial, visual, dan kinestetik.Pendidikkemudian
akan menentukan pengelolaan informasi dari kebiasaan peserta didik. Kategori
ini berisiBerbagai variabel yang terkait dengan bagaimana kecenderunganindividu dalam pemrosesan
informasi kognitif. Terakhir pendidik akan menentukan faktor fisiologis dan
motivasi terhadap peserta didik. Ketika pendidik menggunakan faktor motivasi
perlu mempertimbangkan hal-hal seperti kecemasan, tingkat struktur, motivasi
berprestasi, motivasisosial, kehati-hatian, dan daya saing. Yang paling
mempengaruhi faktor fisiologis adalah perbedaan seksual, kesehatan, dan kondisi
lingkungan. Jadi, dalam setiap kelas karakter peserta didik berbeda-beda dalam
gaya belajarnya, yang terbaik adalah menggabungkan banyak cara untuk menyajikan
informasi sebanyak mungkin.
2. State
Objectives (Merumuskan Tujuan Pembelajaran)
Langkah
kedua dalam model pembelajaran ASSURE adalah cara penyampaian State Objectives.
Kinerja dari tujuan digunakan untuk menyatakan gambaran apa yang siswa harapkan
dari hasil pembelajaran. Dengan demikian, tujuannya adalah gambaran dari hasil
pembelajaranyang bertujuan untuk pelajaran dan harus bersifat spesifik mungkin
serta harus ditulis dengan menggunakan format ABCD. Persyaratan penulisan ABCD
agar tujuannya tercapai adalah
a.
Audience
Pembelajaran ini
diberikan untuk peserta didik, bukan pendidik, untuk lebih fokus pada apa yang
peserta didik lakukan, bukan pada apa yang pendidik lakukan.
b. Behavior
Tujuannya adalah
menggambarkan kemampuan baru yang dimiliki peserta didik setelah mendapatkan
pembelajaran. Jadi, perilaku atau kemampuan peserta didik yang dapat diukur dan
dapat diamati perlu ditunjukkan sebagai hasil pembelajaran
c. Condition
Keadaan atau
kondisi peserta didik bertujuan untuk menunjukkan ketrampilan atau kemampuan
yang diajarkan. Sebuah pernyataan tujuan harus mencakup kondisi di mana
hasilnya dapat diamati. Jadi, harus menyertakan peralatan, perkakas, alat
bantu, atau referensi peserta didik yang akan digunakan atau tidak digunakan
dan kondisi lingkungan khususnya tempat pembelajaran dilaksanakan.
d. Degree
Persyaratan
terakhir bertujuan agar lebih baik dalam menunjukan hasil belajar yang dapat
diterima dan akan dinilai. Jadi, sejauh mana ketrampilan yang dikuasai dan
dapat diterima.
Klasifikasi tujuan yang memiliki nilai praktis, serta metode yang
tergantung pada State objectives yang akan dicapai pendidik dapat
diklasifikasikan menurut jenis utama hasil pembelajarannya. Ada empat kategori
pembelajaran.
1)
Domain
Kognitif
Domain kognitif,
belajar melibatkan berbagai kemampuan intelektual yang dapat diklasifikasikan
baik sebagai verbal / informasi visual atau sebagai ketrampilan intelektual.
2) Domain Afektif
Dalam domain
afektif, pembelajaran melibatkan perasaan dan nilai-nilai.
3) Motor Domain Skill
Dalam domain
ketrampilan motorik, pembelajaran melibatkan atletik, manual, dan ketrampilan
seperti fisik.
4) Domain Interpersonal
Belajar
melibatkan interaksi dengan orang-orang.
3. Select
methods, media and material (Memilih metode, media dan bahan ajar)
Dalam
langkah ini, pendidik akan membangun jembatan antara peserta didik dan tujuan
rencana sistematis untuk menggunakan media dan teknologi. Metode, media dan
materi harus di pilih secara sistematis. Setelah mengetahui gaya belajar
peserta didik dan memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang akan di
sampaikan,maka harus dilakukan pemilihan:
a. Metode
pembelajaran yang di gunakan harus tepat untuk memenuhi tujuan bagi para
peserta didik, yang lebih unggul daripada yang lain atau yang memberikan semua
kebutuhan dalam belajar bersama, seperti kerja kelompok.
b. Media
yang cocok untuk dipadukan sama dengan metode pembelajaran yang dipilih,
tujuan, dan peserta didik. Media bisa berupa teks, gambar, video, audio, dan
multimedia komputer. Penyampaian dapat disajikan engan mencari materi yang
tersedia untuk mendukung penyampaian. Materi harus sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
c. Materi
yang disediakan untuk peserta didik sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
menguasai tujuan. Materi bisa juga dimodifikasi, peserta didik bisa merancang
dan membuat materi sendiri. Materi dapat berupa program perangkat lunak khusus,
musik, kaset video, gambar, dan peralatan seperti overhead prejector, komputer,
printer, scanner, TV dll. Materi mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik atau tempat pembelajaran dan peralatan.
4. Utilize
Media, and Materials (Memanfaatkan media dan bahan ajar)
Langkah
keempat dalam model pembelajaran ASSURE adalah memanfaatkan penggunaan media
dan materi oleh peserta didik dan pendidik. Menjelaskan bagaimana pendidik akan
menerapkan media dan materi. Untuk setiap jenis media dan materi yang tercantum
di bawah dipilih, dimodifikasi, dan didesain. Pendidik harus menjelaskan secara
rinci bagaimana pendidik akan menerapkannya ke dalam pelajaran, pendidik juga
membantu peserta didik. Dalam memanfaatkan materi ada beberapa langkah:
a. Preview materi
Pendidik harus
melihat dulu materi sebelum mennyampaikannya dalam kelas dan selama proses
pembelajaran pendidik harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan
memperhatikan tujuannya.
b. Siapkan bahan
Pendidik harus
mengumpulkan semua materi dan media yang dibutuhkan pendidik dan peserta didik.
Pendidik harus menentukan urutan materi dan penggunaan media. Pendidik harus
menggunakan media terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.
c. Siapkan lingkungan
Pendidik harus
mengatur fasilitas yang digunakan peserta didik dengan tepat dari materi dan
media sesuai dengan lingkungan sekitar.
d. Peserta didik
Memberitahukan
peserta didik tentang tujuan pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara
agar peserta didik dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.
e. Memberikan pengalaman belajar
Mengajar dan
belajar harus menjadi pengalaman, bukan suatu cobaan.
5. Require
Learner Participation (Mengembangkan peran peserta didik)
Langkah
ke lima dalam model pembelajaran ASSURE adalah dengan mewajibkan partisipasi
peserta didik. Peserta didik belajar paling baik jika mereka secara aktif
terlibat dalam pembelajaran. Peserta didik yang pasif lebih banyak memiliki
permasalahan dalam belajar, karena pendidik hanya mencoba untuk memberikan
stimulus, tanpa mempedulikan respon dari peserta didik. Apapun strategi
pembelajarannya pendidik harus dapat menggabungkan strategi satu dengan yang
lain, diantaranya strategi tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, dan strategi
lainnya agar peserta didik aktif dalam pembelajarannya. Dengan demikian, pendidik
harus menjelaskan bagaimana cara agar setiap peserta didik belajar secara
aktif.
6. Evaluate
and Review (Menilai dan memperbaiki)
Langkah
terakhir dalam model pembelajaran ASSURE adalah evaluasi dan revisi. Evaluasi
dan revisi merupakan komponen penting untuk mengembangkan kualitas
pembelajaran. Siapa saja dapat mengembangkan dan menyampaikan pelajaran, tetapi
pendidik yang baik harus benar-benar dapat merefleksi pelajaran, mengetahui
tujuan, menguasai strategi pembelajaran, menguasai materi pembelajaran, dan
melakukan penilaian serta dapat menentukan apakah unsur-unsur dari pelajaran
itu efektif. Pendidik mungkin menemukan beberapa hal yang terlihat tidak
efektif, apakah banyak peserta didik yang tidak menguasai materi. Jika terjadi
itu, mungkin materi yang disampaikan belum tepat untuk tingkatan kelas itu.
Keefektifan dalam strategi pembelajaran juga bisa terjadi, misalnya peserta
didik tidak termotivasi atau strategi itu sulit dilaksanakan pendidik. Oleh
karena itu, evaluasi adalah langkah yang penting untuk menilai prestasi peserta
didik dan menilai metode pembelajaran dan media yang digunakan.
Revisi
merupakan langkah terakhir dari siklus pembelajaran yang juga merupakan hal
yang penting untuk melihat hasil data gatering dari evaluasi. Jadi, kita dengan
jelas memahami evaluasi akhir, langkah dan revisi. Kesemuanya adalah siklus
yang terjadi terus-menerus dalam model ASSURE agar penggunaan media
pembelajaran efektif.
C. Penerapan
Model Assure Pada Pembelajaran Hakikat Geografi pada Siswa Kelas X Semester I SMA Negeri 2 Kota Sungai
Penuh
1.
Analyze Learners.
Dalam
menganalisis ada tiga langkah yang harus di periksa:
a.
Karakteristik
umum
Yang termasuk
dalam karakteristik umum adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, etnis, kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi. Siswa yang akan
mengikuti pembelajaran ini adalah siswa SMA 2 Kota Sungai Penuh kelas X1
Semester I.
Adapun
karakteristik siswa SMA N 2 Kota Sungai Penuh adalah :
Usia : Usia rata-rata antara 16
– 17 Tahun
Jenis Kelamin : Siswa
laki-laki berjumlah 10 orang sedangkan perempuan berjumlah 23 orang.
Tk. Pendidikan : Rata-rata
tingkat pendidikan Siswa kelas X semester I adalah dari SMP dan MTs.
Pekerjaan : Pekerjaan
orang tua siswa kelas X semester I adalah rata-rata petani.
Etnis : Siswa
kelas X semester I berasal dari Kerinci, Minang
dan jawa, dll.
Kebudayaan : Berbeda tetap berbaur dengan siswa lain.
Sosial ekonomi : Berasal dari kalangan menengah ke bawah
b.
Kompetensi
spesifik (specific competensi)
Siswa diberi tes awal yang berisi materi-materi yang
berkaitan dengan kompetensi dasar. Dari tes yang diberikan siswa mempunyai bekal 75 % dan ini termasuk bekal yang cukup untuk
mengikuti materi yang akan di ajarkan . Dan dari 25 % siswa perlu bimbingan khusus untuk mampu
mengikuti materi sistem.
c.
Gaya belajar
(learning style)
Dilihat dari gaya belajar yang dimiliki siswa kelas
X Semester I maka media yang bisa
membangkitkan motivasi dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa adalah
menggunakan media presentasi dengan menggunakan Powerpoint, mengadakan diskusi
kelompok, latihan tugas portopolio.
2.
State Objectives.
a. Tujuan dalam
pembelajaran Hakikat
Geografi kelas X semester I dapat dibagi
menjadi:
Standar kompetensi : Memahami konsep
pendekatan,prinsip dan aspek geografi
Kompetensi Dasar :
1 menjelaskan konsep geografi
2 menjelaskan pendekatan geografi
3 menjelaskan prinsip geografi
4 mendeskripsikan aspek geografi
b. Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari pokok pembahasan ini yang di harapkan
adalah :
1. Siswa dapat menjelaskan
pengertian geografi
2. Siswa dapat menjelaskan
perkembangan pandangan para ahli geografi terhadap ilmu geografi
3. Siswa dapat menjelaskan
konsep dasar geografi
4. Sswa dapat
mengidentifikasi konsep dasar geografi
5. Siswa dapat menyebutkan
contoh konsep geografi
a.
Select Methods, Media and Materials.
Berdasarkan analisis maka metode, media dan bahan
dalam pembelajaran hakikat Geografi adalah:
a.
Metode dalam pembelajaran ini adalah : metode pembelajaran diskusi, ceramah, presentasi dan penugasan.
b.
Media dan
bahan adalah sesuai dengan karakteristik siswa dan kemampuan siswa
yang telah di analisis maka media yang digunakan pada pembelajaran buku paket,
peta, globe
c.
Tugas yang
diberikan pada siswa adalah tugas yang di kerjakan secara individu dan berkelompok.
b.
Utilize Media, and
Dalam memanfaatkan
materi ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu :
preview materi, siapkan
bahan, siapkan lingkungan,
peserta didik, memberikan pengalaman belajar. Dalam
pembelajaran produktif penjualan untuk menyiapkan para pemelajar meliputi:
a.
Memberikan
salam.
b.
Mengabsensi
siswa.
c.
Memberikan
pretest secara lisan.
d.
Dan
menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran.
e.
Membagikan
kelompok.
f.
Memberikan
tugas kepada siswa, baik tugas terstruktur maupun tugas yang tidak terstruktur.
c.
Materials.Require Learner Participation.
Bentuk
partisipasi dalam pembelajaran ini meliputi hakikat geografi khususnya pada
konsep geografi itu sendiri. Selain itu, diskusi, kuis singkat dan latihan
aplikasi bisa memberi peluang untuk praktik dan umpan balik selama pembelajaran
berlangsung. Tanya jawab dalam diskusi juga dapat merangsang siswa dalam
memberikan pendapat, sanggahan secara kreatif dalam hal ini siswa dituntut
aktif dan kreatif dalam belajar.
d.
Evaluate and Revise
a. Evaluasi
Sebelum
pembelajaran dimulai, karakteristik siswa diukur
untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki siswa
dengan metode dan bahan ajar yang akan digunakan. Selama dalam proses
pembelajaran, evaluasi dilakukan menggunakan umpan balik. Evaluasi yang
dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung memiliki tujuan yaitu untuk
mendeteksi dan mengoreksi masalah pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang
ada. Sedangkan sesudah pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan memberikan tes
kepada siswa.
b. Revisi
Dalam langkah ini hal-hal yang perlu di amati adalah
sebagai berikut:
a)
Apakah telah sesuai antara
apa yang diinginkan dan apa yang benar-benar terjadi.
b)
Tujuan pembelajaran dapat
dicapai oleh siswa.
c)
Seperti apa respon siswa
terhadap metode dan media pembelajaran yang dipakai.
d) Apakah siswa puas dengan nilai bahan ajar yang dipakai.
Guru harus melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan masing-masing komponennya. Jika data evaluasi
ternyata menunjukkan adanya kekurangan di bidang-bidang tertentu, maka sekarang
tiba saatnya untuk kembali memperhatikan bagian yang kurang tepat tersebut.
BAB III
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA Negeri 2 Sungai Penuh
Kelas / Semester : X / I ( satu )
Mata Pelajaran : GEOGRAFI
Jumlah Pertemuan : 6 X Pertemuan (12 x 35
menit)
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1. Memahami
konsep pendekatan,prinsip dan aspek geografi
|
1.1
menjelaskan konsep geografi
1.2 menjelaskan pendekatan
geografi
1.3
menjelaskan prinsip geografi
1.4
mendeskripsikan aspek geografi
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Tujuan
Pembelajaran
|
1.1.1mendeskripsikan
pengertian geografi
1.1.2 menjelaskan
perkembangan pandangan para ahli geografi terhadap ilmu geografi
1.1.3 menjelaskan konsep-konsep geografi
1.2.1menjelaskan 3 pendekatan geografi dalam mengkaji
hubungan timabal balik antara fenomena dan permasalahannya
1.3.1
mendeskripsikan objek geografi
1.3.2
mengidentifikasi prinsip-prinsip geografi dalam menganalisis berbagai
fenomena dan fakta geografi
1.4.1 mendeskripsikan
aspek geografi
1.4.2 menyebutkan
ilmu-ilmu yang membantu pada studi geografi
1.4.3
mendeskripsikan sarana bantu pada studi geografi
1.4.4 menjelaskan
manfaat geografi dalam berbagai aspek kehidupan
|
Pertemuan I
dan II
1.1.1.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian geografi
1.1.2.1 Siswa dapat menjelaskan perkembangan pandangan
para ahli geografi terhadap ilmu geografi
1.1.3.1 Siswa dapat menjelaskan konsep dasar geografi
1.1.3.2 sSswa dapat mengidentifikasi konsep dasar
geografi
1.1.3.3 Siswa dapat menyebutkan contoh konsep geografi
Pertemuan III
1.2.1.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian pendekatan geografi
1.2.1.2 Siswa
dapat menyebutkan jenis pendekatan
geografi
1.2.1.3 Siswa
dapat mengidentifikasi jenis
pendekatan geografi
1.2.1.4 Siswa
dapat menyebutkan contoh pendekatan
geografi
Pertemuan IV
1.3.1.1 Siswa dapat
mendeskripsikan objek studi geografi
1.3.2.1 Siswa dapat
menjelaskan pengertian prinsip geografi
1.3.2.2 Siswa
dapat menyebutkan prinsip-prinsip geografi
1.3.2.3 Siswa
dapat menjelaskan prinsip-prinsip geografi
1.3.2.4 Siswa
dapat menyebutkan contoh prinsip geografi
Pertemuan V
dan VI
1.4.1.1 Siswa dapat menjelaskan
perbedaan aspek fisik dan aspek sosial geografi
1.4.1.2 Siswa
dapat memberikan contoh aspek-aspek geografi dalam kehidupan sehari-hari
1.4.2.1 Siswa
dapat menyebutkan ilmu bantu pada studi geografi
1.4.3.1 Siswa
dapat mendeskrisikan sarana bantu pada studi geografi
1.4.3.1 Siswa
dapat menjelaskan manfaat geografi dalam berbagai aspek
|
Materi Pembelajaran
Hakikat Geografi
Metode Pembelajaran
§
Diskusi
§
Ceramah
§
Tanya jawab
§
Penugasan
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I dan II
Kegiatan
|
Waktu
|
Ket
|
A. Pendahuluan
|
10 menit
|
|
B. Kegiatan Inti
●
Siswa membaca buku teks geografi tentang geografi
2.
Elaborasi
●
Siswa
menjawab pertanyaan tentang
Konsep geografi
3.
Konfirmasi
● guru
memberi penegasan terhadap jawaban siswa
● guru
memberikan makna tentang geografi
|
65 menit
|
|
C.Penutup
1.Guru
mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/kesimpulan tentang Konsep geografi
2.Guru tanya
jawab tentang kesimpulan yang telah dirangkum oleh siswa dengan mengambil
beberapa siswa
3.Guru
mengarahkan siswa untuk membuat tugas di rumah tentang Konsep geografi
|
15 menit
|
|
Pertemuan III
Kegiatan
|
Waktu
|
Ket
|
A. Pendahuluan
1.Berdoa dan absensi siswa
2.Orientasi : menanyakan tentang pendekatan
ekologi
3.Apersepsi : menanyakan tentang
pengertian konsep aglomerasi
4. Motivasi : memberikan gambaran
tentang mamfaat mempelajari pendekatan
geografi
5.Pemberian acuan : menyampaikan
garis besar materi yang akan dipelajari
6.Pembagian kelompok belajar dan
memjelaskan pelaksanan mekanisme
pembelajaran
|
10 menit
|
|
B. Kegiatan Inti
● Siswa
membaca buku teks geografi tentang pendekatan geografi
2. Elaborasi
● Siswa menjawab pertanyaan tentang pendekatan
geografi
3. Konfirmasi
● guru
memberi penegasan terhadap jawaban siswa
● guru memberikan makna tentang pendekatan geografi
|
65 menit
|
|
C.Penutup
1.Guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman/kesimpulan tentang pendekatan geografi
2.Guru tanya jawab tentang kesimpulan
yang telah dira ngkum oleh siswa dengan mengambil beberapa siswa
3.Guru mengarahkan siswa untuk membuat
tugas di rumah tentang pendekatan
geografi
|
15 menit
|
|
Pertemuan IV
Kegiatan
|
Waktu
|
Ket
|
A. Pendahuluan
1.Berdoa dan absensi siswa
2.Orientasi : memperlihatkan beberapa contoh daerah bencana yang terjadi
di indonesia
3.Apersepsi : menanyakan tentang
prinsip geografi
4.Motivasi : memberikan gambaran
tentang mamfaat mempelajari prinsip geografi
5.Pemberian acuan : menyampaikan
garis besar materi yang akan dipelajari
6.Pembagian kelompok belajar dan
memjelaskan pelaksanan mekanisme
pembelajaran
|
10 menit
|
|
B. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
● Siswa
membaca buku teks geografi tentang prinsip geografi
2. Elaborasi
● Siswa menjawab pertanyaan tentang prinsip
geografi
3. Konfirmasi
● guru
memberi penegasan terhadap jawaban siswa
● guru memberikan makna tentang prinsip geografi
|
65 menit
|
|
C.Penutup
1.Guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman/kesimpulan tentang prinsip
geografi
2.Guru tanya jawab tentang kesimpulan
yang telah dirangkum oleh siswa dengan mengambil beberapa siswa
3.Guru mengarahkan siswa untuk membuat
tugas di rumah tentang prinsip
geografi
|
15 menit
|
|
Pertemuan V dan VI
Kegiatan
|
Waktu
|
Ket
|
A. Pendahuluan
1.Berdoa Dan Absensi Siswa
2.Orientasi
: Menanyakan Tentang Pengertian Geografi
3 Apersepsi : menanyakan
tentang prinsip geografi
4 Motivasi
: memberikan gambaran tentang mamfaat mempelajari aspek fisik dan aspek
sosial geografi
5.Pemberian
Acuan : menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari
6.Pembagian
kelompok belajar dan memjelaskan pelaksanan
mekanisme pembelajaran
|
10 menit
|
|
B. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
● Siswa
membaca buku teks geografi tentang aspek fisik dan aspek sosial geografi
2. Elaborasi
● Siswa menjawab pertanyaan tentang aspek fisik
dan aspek sosial geografi
3. Konfirmasi
●guru
memberi penegasan terhadap jawaban siswa
●guru
memberikan makna tentang aspek fisik
dan aspek sosial geografi
|
65 menit
|
|
C.Penutup
1. Guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman/kesimpulan tentang aspek
fisik dan aspek sosial geografi
2. Guru tanya jawab tentang kesimpulan yang
telah dirangkum oleh siswa dengan mengambil beberapa siswa
3. Guru mengarahkan siswa untuk membuat tugas
di rumah tentang aspek fisik dan
aspek sosial geografi
|
15 menit
|
|
Sumber /Bahan/Alat
a.
Sumber : Buku geografi 1 Yudistira SMA Kelas X, buku georafi Widya Utama SMA Kelas X.
b. Alat
: Laptop, Peta dan Globe.
Penilaian hasil belajar
1.Penilaian kognitif
-Teknik penilaian :tes tertulis
-Bentuk Instrumen :Essay bestruktur
-Intrumen :Terlampir
2.Penilaian afektif
-Teknik penilaian : tertulis
-Bentuk Instrumen :observasi/pengamatan
Mengetahui Sungai
Penuh, Oktober 2013
Kepala SMAN 2
Sungai Penuh Guru
Mata Pelajaran
SUHATMAN JAYA, M.Pd WIKE
TRISNAWATI, S.Pd
NIP. 19601008
198403 1 005 NIP.
19870413 201101 2 013